Wednesday, April 17, 2013

Cerita Seks Di Panti Pijat

Cerita dewasa terbaru 2011 ini mengenai pengalaman seorang cewek seksi yang menjadi terapis panti pijat dan melayani seks mesum pelanggannya. Sonya pun terkulai lemas setelah memijat, dirinya langsung melayani seks mesum pelanggannya itu karena berbagai pertimbangan. Cerita ini menjadi bagian dari pengalaman setiap pemijat cewek yang bekerja di sebuah panti pijat. Cerita dewasa selengkapnya dapat anda lihat dibawah.

Dengan modal tubuh seksinya, cewek seksi ini terus menggoda para pelanggan untuk berbuat mesum, karena harapannya biasanya berhubungan dengan uang. Hal tersebut telah menjadi rutinitas bagi cewek pekerja dipanti pijat. Adegan seks mesum terus menjadi aktivitas tiada henti bagi kedua belah pihak. Seks mesum pun adalah cerita yang sangat membuat nafsu birahi semua orang bangkit. Berikut cerita dewasa selengkapnya.


Pada suatu hari Kamis tahun 2003, saya sedang dipijit oleh Sonya. Kebetulan hari Senin adalah hari libur, maka iseng-iseng saya ajak Sonya untuk minta dipijit ekstra.

"Pijit ekstra dimana?" tanya Sonya.
"Kemana ya? Keluar kota aja tapi jangan jauh-jauh" sahut saya.
"Terserah kamu yang punya uang" jawab Sonya.
"Ke Bogor aja yuk, di Novotel"
"Boleh aja"

Sonya yang berkulit putih, tingginya 168 cm mempunyai wajah yang manis. Walaupun wajahnya tidak seayu Wina tetapi ia memiliki daya tarik tersendiri. Gaya pijatnya pun enak dan tidak mengecewakan. Sonya akhirnya sepakat untuk ber-long weekend di Bogor. Sebelum selesai memijit, kami berjanjian untuk bertemu di satu tempat pada hari Sabtu siang sebelum ke Bogor.

Hari Sabtu siang, saya menjemput Sonya di Plaza Senayan. Sonya membawa tas berukuran kecil, ia mengenakan kemeja warna putih dan celana jeans.

"Enggak bawa baju? Kan nginap 2 malam" tanya saya.
"Bawa baju kok, tapi untuk apa bawa banyak-banyak kalau toh nggak dipakai?" jawab Sonya dengan senyuman nakal.

Kami langsung berangkat ke Bogor menuju Hotel Novotel. Setiba di hotel, kami check in. Saya meminta kamar yang ada jacuzzi. Kamar ini cukup luas dan ada jacuzzi yang menghadap ke balkon tetapi didepan balkon itu ditanam dengan pohon-pohon yang berdaun lebar sehingga orang dari luar tidak bisa melihat ke dalam kamar.

Begitu tiba di kamar, saya minta room service untuk menyalakan jacuzzi. Setelah selesai, room service keluar dari kamar. Sonya sedang asyik nonton TV Infotainment. Tanpa basa-basi, saya langsung menyerang Sonya dengan ciuman di pipi dan bibir. Sonya sedikit kaget tetapi ia langsung membalas ciumanku. Payudaranya saya remas dari balik kemejanya. Perlahan jari-jari saya membuka kancing baju Sonya dan kemudian dilanjutkan dengan membuka BH. Masih dalam posisi ciuman, saya membuka celana jeans Sonya dan menariknya kebawah. Sonya praktis sudah telanjang dada dan hanya mengenakan celana dalam mini warna merah tua.

"Curang, saya udah telanjang tapi kamu belum" protes Sonya.

Sonya langsung membuka baju kaos dan celana jeans plus celana dalam. Ia sempat tertegun melihat kontolku tapi kemudian langsung ia hisap. Saya rebahan ditempat tidur tapi kaki saya terjuntai kebawah, sedangkan Sonya berlutut disamping tidur sambil menghisap kontolku.

"Umm.. Enak, gede banget Arthur" gumam Sonya.

Sonya menghisap kontolku selama beberapa menit, setelah puas saya menarik Sonya ke Jacuzzi. Sonya membuka celana dalamnya sehingga ia telanjang bulat. Bulu kemaluannya ia cukur habis sehingga bibir vaginanya bisa terlihat dengan jelas. Di Jacuzzi kami kembali berciuman. Payudaranya tak henti-hentinya saya remas dan jari jemariku juga ikut memainkan klitoris Sonya. Sonya hanya pasrah menerima serangan dari tangan-tangan saya ditubuhnya.

Kemudian saya angkat tubuh Sonya dan mendudukkannya di tepi Jacuzzi. Sonya merentangkan kakinya sambil bersandar di dinding. Vaginanya langsung saya jilat, tak luput dari jilatanku adalah daerah anus dan selangkangannya. Sonya sampai menggelinjang kegelian.

Puas menikmati vaginanya, saya membalikkan tubuh Sonya dan minta nungging. Pantat Sonya yang besar saya jilat dari belakang lalu belahan pantatnya saya buka. Anusnya terlihat menggairahkan dan menantang. Kembali saya jilat anus Sonya. Tak henti-hentinya Sonya berseru dengan nikmat menikmati lidah saya di anusnya.

"Aduh, masukan Arthur, entotin saya sekarang" pinta Sonya.

Tanpa diminta kedua kalinya, saya mengarahkan kontolku ke vagina Sonya. Sonya langsung melenguh dengan kencang tiap kali kontol saya dibenamkan ke vaginanya. Tangan Sonya mencengkeram tepi Jacuzzi sementara tangan saya meremas pantat Sonya dengan gemas. Air hangat dari Jacuzzi membuat tubuh kami berdua berkeringat. Tampaknya Sonya tipe wanita yang vaginanya banyak mengeluarkan cairan karena terdengar clipak-clipuk setiap kali kontol saya keluar-masuk vaginanya. Beberapa menit kemudian saya merasakan akan ejakulasi

"Mau keluar nih" seru saya.

Sonya langsung membalikkan badannya dan meraih kontolku kemudian menghisapnya. Peju saya muncrat dengan deras di mulut Sonya. Sonya sempat sedikit gelagapan karena tak sangka peju saya akan sedemikian banyak tetapi ia terus menghisap dan menelan semua peju. Setelah bersih, kami duduk berpelukan di Jacuzzi sambil ciuman.

Jam 5 sore, saya mengajak Sonya untuk berenang. Sonya mengenakan pakaian renang model bikini berwarna biru cerah. Di kolam renang, beberapa tamu pria melirik ke Sonya dan memperhatikan bikini Sonya yang kelihatannya kekecilan dibandingkan dengan ukuran payudaranya. Tetapi si Sonya kelihatannya cuek saja melihat para tamu pria tersebut dan ia langsung nyemplung ke kolam. Saya juga ikut nyemplung.

20 menit kemudian setelah selesai berenang, kami keluar dari kolam dan duduk dipinggir kolam sambil menikmati juice. Tiba-tiba ada yang memanggil Sonya.

"Woi, Sonya!"

Sonya menengok dan tertawa.

"Eh, ngapain loe disini?" tanya Sonya.
"Lagi temenin keponakan berenang" kata si perempuan.
"Eh iya, kenalin ini temen saya" kata Sonya.
"Halo, saya Arthur"
"Saya Dian" kata Dian.

Dian wajahnya sangat mirip dengan artis Titi Kamal. Rambutnya panjang, tingginya 165, tubuhnya langsing dan dibalik kaos putihnya yang ketat terlihat payudaranya yang lumayan besar. Rupanya Dian adalah teman kost Sonya.

"Lagi nginap disini?" tanya Dian.
"Iya, mumpung lagi long weekend" jawab Sonya.

Saya membiarkan kedua perempuan itu ngobrol dan saya melanjutkan berenang. Sambil berenang, saya melihat si Dian masih ngobrol dengan Sonya tapi matanya terus tertuju pada saya. Saya pikir boleh juga nih Dian di prospek. Tak lama kemudian, Sonya kembali berenang sedangkan Dian sudah pergi.

Selesai berenang, kami kembali ke kamar lalu mandi. Di kamar mandi kembali kami bersetubuh. Selesai mandi, kami turun ke restaurant untuk makan malam.

"Si Dian nanyain kamu tuh" kata Sonya.
"Nanyain apa?" tanya saya.
"Dia bilang body elo OK banget" kata Sonya.
"Hehehe, body Dian juga OK" kata saya.

Sonya bercerita tentang Dian. Ternyata Dian adalah seorang penari striptis di Klub 1001 di kawasan Gajah Mada. Saya tidak tahu apakah di Klub 1001 ia dikenal sebagai Dian atau ia punya nama samaran lainnya.

"Wah boleh nih minta dia nari" kata saya.
"Mau nih? Dia mau loh kalau diajak gabung" kata Sonya.
"Oya? Boleh aja. Kapan? Malam ini?" jawab saya dengan penuh minat
"Malam ini dia kerja. Besok siang kalau mau"
"Boleh. Telepon aja minta gabung dengan kita besok siang"

Sonya langsung menelepon Dian.

"Sip, besok jam 11 dia udah disini" kata Sonya

Selesai makan malam, kita jalan-jalan ke Bogor lalu ke Puncak. Jam 23:00 kita kembali ke hotel. Malam itu kita agak capek sehingga tidak ada gairah untuk bersetubuh walaupun demikian Sonya tidur tidak mengenakan apa-apa begitu juga dengan saya.

Hari Minggu pagi jam 8:00, kita bangun kemudian langsung mengenakan pakaian renang dan kembali berenang. Selesai berenang, kita mandi terlebih dahulu kemudian sarapan dan duduk-duduk di coffee shop sambil menunggu Dian. Jam 11 tepat si Dian sudah muncul. Ia mengenakan rok mini warna merah, kaos ketat tanpa lengan warna putih dan sepatu tennis warna putih. Beberapa tamu pria yang sedang duduk-duduk di coffee shop langsung memperhatikan Dian dengan muka horny.

Sonya melambaikan tangannya dan Dian langsung melihat ke arah kita. Kita bertiga masih ngobrol-ngobrol sebentar di coffee shop sampai akhirnya Sonya mengajak balik ke kamar. Sambil berjalan melewati tamu-tamu pria di coffee shop, saya dengan iseng melingkarkan tanganku ke pundak Sonya dan Dian. Sudah persis seperti raja Arab dengan selir-selirnya.

Setiba di kamar, saya langsung duduk di tempat tidur sedangkan Sonya rebahan ditempat tidur sambil mengganti channel TV.

"Dian jago nari kan? Sekarang saya minta Dian striptis dulu didepan kita" kata saya.
"Ah, masa disuruh nari? Jangan dong" protes Dian.
"Harus mau dong" kata saya sambil mengambil remote control dari tangan Sonya lalu mengganti channel. Saya menemukan channel MTV yang sedang menyiarkan video klip lagu Heavy Metal. Pas untuk nari striptis!
"Nah, ini ada yang pas untuk nari. Ayo mulai" kata saya.

Dian tersenyum. Ia membuka sepatu dan kaos kakinya. Dian kemudian berdiri dihadapanku dan mulai meliukkan tubuhnya. Tangan kanannya ia angkat ke rambut lalu rambutnya yang panjang digulung keatas kepala, sementara tangan kirinya meremas-remas payudaranya. Setelah meremas payudara, tangan kirinya turun ke pahanya lalu rok mininya diangkat sehingga terlihat celana dalam g-string warna hitam berenda. Jari jemarinya mengusap-usap vaginanya dari balik celana dalam. Dian memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya. Wajahnya sungguh erotis!

Dian terus meliukkan tubuhnya mengikuti irama lagu heavy metal. Sekali-sekali roknya ia angkat tinggi mempertontonkan kakinya yang putih dan panjang. Kemudian ia mulai melepaskan kaosnya. BHnya yang berwarna hitam berenda turut ia lepas juga. Payudaranya yang besar saya taksir berukuran 36C. Sambil menonton, Sonya beringsut kebelakang saya dan mulai membuka kaos saya. Kemudian Sonya jongkok didepanku dan membuka celana pendekku. Saya duduk ditepi tempat tidur dengan hanya mengenakan celana dalam. Sedangkan Sonya sendiri sudah telanjang bulat. Entah kapan ia membuka bajunya.

Dian membuka risleting rok mininya dan langsung rok mininya merosot melewati sela kakinya. Saya rasa g-string yang dikenakan Dian adalah g-string tertipis yang pernah saya lihat. Kain yang menutupi daerah vaginanya saya rasa hanya berukuran 10 x 10 cm, selebihnya semuanya hanya tali nilon yang melilit dipinggang dan turun ke belahan pantatnya. She is really a professional stripper! Berkali-kali saya menelan ludah melihat tubuh Dian yang sensual. Dibandingkan Sonya, Dian masih jauh lebih sensual dan erotis. Pokoknya kalau mau membayangkan Dian, silakan lihat Titi Kamal. Dian menghampiri saya kemudian memutar tubuhnya sehingga ia membelakangi saya.

Pantatnya dengan gaya memutar-mutar ia naik turunkan didepan muka saya, kemudian Dian duduk dipangkuan saya. Pantatnya tak henti-hentinya ia putar diatas kontolku seakan-akan sedang bersetubuh. Kontolku terasa seperti mau meledak mendapat perlakuan seperti itu. Ingin rasanya langsung saya setubuhi. Dian lalu berdiri dan meminta Sonya membuka celana dalam saya. Setelah celana dalam saya dibuka Sonya, Dian mendorong dada saya lalu saya merebahkan diri ke kasur. Dian jongkok dihadapanku. Ia menjilat dengkul kanan lalu naik ke paha hingga pangkal paha, turun ke selangkangan dan menjilat bijiku. Sonya turut merangsang saya dengan cara menghisap puting saya. Setelah puas Dian menjilat bijiku, Dian menjilat kepala kontolku dan mulai menghisapnya.

"Oh yes, enak sekali Dian, hisap terus yang keras" ujar saya keenakan.

Entah kenapa saya rasanya ingin cepat ejakulasi saat sedang dihisap Dian, tetapi saya langsung menahan diri agar tidak keluar. Dian lalu berdiri dan kembali menjilat perut, ke dada lalu mencium bibirku. Kita saling berpagutan selama beberapa menit. Saya merasakan kontol saya dihisap oleh Sonya. Dian lalu membalikkan tubuhnya dan kita berada dalam posisi 69. Celana dalam g-string super mini itu langsung saya tarik kebawah dan vaginanya saya jilat dengan penuh nafsu. Dian sendiri kembali menghisap kontolku. Tak henti-hentinya saya dan Dian mengeluarkan suara mendesis menikmati hisapan dan jilatan. Sonya rupanya tidak mau kalah, ia jongkok didepanku dan ia menjilat bijiku.

Kembali saya merasakan mau ejakulasi tapi langsung saya tahan. Saya membalikkan tubuh Dian dan tanpa nunggu diperintah, langsung saya hujamkan kontolku ke vaginanya dalam posisi doggy style. Dian mengerang dengan penuh nikmat. Payudaranya yang besar tampak menggelantung dan dengan gemas saya meremas-remas payudara Dian. Kembali Sonya mengambil posisi untuk membuat saya bertambah nikmat. Ia duduk dibelakang saya sambil memegang sebotol baby oil. Tangannya ia lumasi dengan baby oil lalu ia menyelinapkan tangannya diantara selangkanganku. Dengan sedikit heran saya melihat Sonya dan bertanya dalam hati. Tanpa ditanya, Sonya mulai memainkan biji saya. Tangannya naik turun mulai dari belahan pantat turun ke biji lalu diremas kemudian diulang terus berkali-kali. Apabila saudara sedang three-some, cobalah minta si partner wanita untuk melakukan itu bagi anda. Nikmat sekali!

Dian bagaikan kuda liar. Dengan penuh semangat, ia mengikuti gerakan tubuhku dan kadang kala ia sendiri yang menghentakan pinggulnya ke pinggulku. 10 menit menggenjot Dian membuat saya berkeringat. Saya berhenti sejenak. Saya keluarkan kontolku dari vaginanya. Dian merebahkan tubuhku dan ia langsung naik ke atas pinggulku dan memasukkan kontolku ke vaginanya. Tanpa mengenal lelah, Dian terus menerus menggenjot kontolku dalam vaginanya. Sonya lalu jongkok diperutku kemudian mencondongkan dadanya ke mulutku sehingga ia berada dalam posisi bersimpuh diatas perutku sedangkan Dian masih asyik mengocok kontolku. Saya langsung menerkam payudara Sonya dan menghisap putingnya. Saya meraih tangan Dian dan mengarahkannya ke payudara Sonya, tetapi Dian dengan halus menarik kembali tangannya dari payudara Sonya.

"Saya dan Dian bukan Bi-seks" bisik Sonya.

5 menit berlalu dan akhirnya saya ejakulasi. Saya muntahkan seluruh pejuku di vagina Dian. Dian berkali-kali berteriak "yes, yes". Tubuhnya mengejang dan matanya terpejam. Ada sekitar 1 menit Dian dalam posisi jongkok di pinggulku dan matanya masih terpejam. Kelihatannya ia masih menikmati sisa-sisa birahi yang baru ia rasakan. Setelah itu ia membuka matanya, ia tersenyum melihat Sonya yang sudah berbaring disamping saya.

"Gila, enak banget. Sonya ternyata tidak berlebihan waktu kemarin sore di pinggir kolam dia cerita ngentot sama kamu rasanya puas banget" kata Dian setengah mendesah.

Dian turun dari pinggulku lalu berbaring disebelah kiriku. Kita bertiga beristirahat dan kemudian kembali bersetubuh. Sonya kembali saya setubuhi disaksikan oleh Dian sambil ia menikmati kue coklat. Sorenya setelah kita bertiga berenang, saya menyetubuhi Dian di kamar mandi. Lalu jam 8 malam setelah makan malam, kita bertiga berinisiatif melakukan sesuatu yang lebih menantang. Saya menyetubuhi Dian didekat tempat volley yang ditutupi oleh pohon yang rimbun. Sonya sendiri mendapat giliran jaga pertama. Setelah puas menggenjot Dian, Dian mendapat tugas jaga sementara saya menyetubuhi Sonya. Bersetubuh seperti ini sangat asyik karena dilakukan dengan penuh waspada jangan sampai tertangkap.

Hari Senin pagi kami bertiga check out dan kembali ke Jakarta. Sonya pulang naik mobil Dian sedangkan saya langsung pergi ke suatu acara reuni teman-teman dari SMA.

ni PIN BB cowok bispak jatim PIN:28043563

Thursday, January 31, 2013

Si Gadis Imut Pemuas Nafsu

Cerita ini bermula dari waktu saya masih berumur kurang lebih 10 sampai 13 tahun. Persisnya saya sudah lupa. Waktu itu saya mempunyai teman bernama Alex. Alex tinggal dengan keluarganya tidak jauh dari tempat saya tinggal. Alex mempunyai seorang kakak perempuan bernama Mona. Umurnya 4-5 tahun lebih tua dari kami, jadi waktu itu saya dan Alex masih SD kelas 5, sedangkan dia sudah SMA.

Mona ini orangnya seksi sekali. Bukan berarti dia sering pakai baju seksi atau bicara yang nyerempet-nyerempet hal begituan, tapi tidak tahu kenapa kalau saya sedang berada dalam satu ruangan dengan dia, selalu pikiran saya membayangkan hal-hal yang erotik tentang dia yang saya tidak pernah terpikirkan sama wanita lain.

Tubuhnya sebetulnya biasa-biasa saja, tidak terlalu tinggi, tapi proporsional. Dan kalau orang sekarang bilang, body-nya bahenol dan tetap jelas lekuk-lekuk tubuhnya tampak bila dia berpakaian. Rambutnya panjang sebahu dengan payudara yang sedikit lebih besar dari rata-rata, dan mengacung ke atas.

Suatu ketika saya sedang main ke rumah Alex, Ayah Mona sedang membetulkan mobilnya di kebun depan rumah Mona. Kami semua berada di situ melihat ke dalam mesin mobil tersebut. Saya berdiri persis kebetulan di sebelah Mona. Dia berada di sebelah kanan saya. Pada waktu itu Mona memakai baju jenis baju tidur, berbentuk celana pendek dan baju atasan. Warnanya biru muda sekali sampai hampir putih dengan gambar hiasan bunga-bunga kecil yang juga berwarna biru muda.

Lengan bajunya lengan buntung, dan pas di pinggir lengan bajunya di hiasi renda-renda berwarna putih manis. Bajunya karena itu pakaian tidur jadi bentuknya longgar dan lepas di bagian pinggangnya. Bagian bawahnya berupa celana pendek longgar juga, sewarna dengan bagian atasnya dengan bahan yang sama.

Semua melihat ke dalam mesin mobil sehingga tidak ada yang melihat ke arah saya. Pada saat itu lah saya melirik ke arah Mona dan melihat payudara Mona dari celah bawah ketiaknya. Perlu diingat bahwa tinggi badan saya pada umur itu persis sepayudara Mona. Dia tidak menggunakan BH waktu itu. Puting susunya yang coklat dan mengacung kelihatan dengan jelas dari celah itu karena potongan lengan bajunya yang kendor. Hampir seluruh payudara Mona yang sebelah kiri dapat kelihatan seluruhnya. Tentu saja dia tidak sadar akan hal itu.

Suatu ketika ada juga saat dimana kami sedang bersama-sama melihat TV di ruang tamu. Saya duduk di sofa untuk satu orang yang menghadap langsung ke TV. Dan Mona duduk di sofa panjang di bagian sebelah kiri dari TV di depan kiri saya. Saya dapat langsung melihat TV, tapi untuk orang yang duduk di sofa panjang itu harus memutar badannya ke kiri untuk melihat TV, karena sofa panjang tersebut menghadap ke arah lain.

Mona akhirnya memutuskan untuk berbaring telungkup sambil melihat TV karena dalam posisi tersebut lebih mudah. Dia memakai baju tidur berupa kain sejenis sutera putih yang bahannya sangat lemas, sehingga selalu mengikuti lekuk tubuhnya. Baju tidur ini begitu pendek sehingga hanya cukup untuk menutupi pantat Mona. Bagian atasnya begitu kendor sehingga setiap kali tali bahunya selalu jatuh ke lengan Mona dan dia harus berulang-ulang membetulkannya.

Dalam posisi telungkup begitu baju tidurnya pun tersingkap sedikit ke atas dan menampakkan vagina Mona dari belakang. Kebetulan saya duduk di bagian yang lebih ke belakang dari pada Mona, jadi saya dapat melihat langsung dengan bebasnya. Semakin dia bergerak, semakin bajunya tersingkap ke atas pinggulnya. Mona pada saat itu tidak memakai pakaian dalam sama sekali, karena kebetulan rumah sedang sepi dan sebetulnya itu waktu tidur siang.

Kadang-kadang pahanya merenggang dan vaginanya lebih jelas kelihatan lagi. Mona agaknya tidak perduli kalau saat itu saya sedang berada di situ juga. Sesekali dia bangun untuk ke dapur mengambil minum, dan sekali ini tali bajunya turun lagi ke lengannya dan menampakkan sebagian payudara kiri Mona. Kali ini dia tidak membetulkannya dan berjalan terus ke arah dapur.

Karena banyak bergerak dan membungkuk untuk mengambil sesuatu di dapur, akhirnya payudara kirinya betul-betul tumpah keluar dan betul-betul kelihatan seluruhnya. Sambil berjalan balik dari dapur, Mona tidak kelihatan perduli dan membiarkan payudara kirinya tetap tergantung bebas. Sesekali dia betulkan, tapi karena memang baju tidurnya yang belahan dadanya terlalu rendah, akhirnya turun lagi dan turun lagi. Dan setiap kali payudaranya selalu meledak keluar dari balik bajunya, kalau tidak yang sebelah kanan yang sebelah kiri. Mona tetap kelihatan seperti tidak terjadi apa-apa, walaupun satu payudara terbuka bebas seperti itu.

Mona kembali berbaring telungkup di sofa panjang melihat ke arah TV. Sekarang payudara kanannya yang tergantung bebas tanpa penutup. Setelah beberapa lama dan menggeser-geser posisinya di atas sofa, sekarang baju tidurnya sudah tidak rapi dan terangkat sampai ke pinggulnya lagi. Karena posisi pahanya yang sekarang tertutup, saya hanya dapat melihat sebagian bawah pantat Mona yang mulus dan sexy.

Mona menggeser posisinya lagi, dan sekarang tali baju yang sebelah kiri turun. Sekarang kedua payudaranya bebas menggantung di tempatnya tanpa penutup. Dari posisi saya tentunya hanya dapat melihat yang bagian kanannya karena saya duduk di bagian kanan. Mona balik lagi ke dapur untuk yang kesekian kalinya mengambil minum dan tetap membiarkan payudaranya terbuka dengan bebas. Dan balik lagi telungkup melihat TV.

Saya mencoba mengajaknya mengobrol dalam posisi itu. Tentu saja tidak mungkin karena dia menghadap ke arah TV. Pertama-tama dia ketahuan sedang malas diajak ngobrol dan hanya terlihat ingin melihat TV. Karena saya tetap bertanya-tanya ini itu ke dia, akhirnya dia pun mulai menanggapi saya.

Suatu ketika karena dia harus menghadap saya tetapi malas duduk, akhirnya dia membalikkan diri ke arah kanan untuk menghadap ke saya. Pada saat itu lah vaginanya terlihat dengan sempurna terpajang menghadap saya. Perlu diketahui, payudara Mona masih tetap tergantung bebas dan padat tanpa penutup karena dia tidak repot-repot lagi membetulkan letak tali bajunya.

Baju tidur Mona terangkat lagi sampai ke pinggul. Dan dia tetap ngobrol seperti seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Cukup lama juga kami ngobrol dengan posisi dia seperti itu. Kadang-kadang malah kakinya mengangkang menampakkan vaginanya. Dan dia tetap bersikap seakan-akan tidak ada apa-apa dan tetap berbicara biasa.

Akhirnya saya tidak kuat lagi. Suatu saat, pada saat dia mengambil makanan dari atas meja dan posisinya membelakangi saya, vagina Mona mengintip dari celah pahanya dari belakang tepat 1-2 meter di depan wajah saya. Saya buka retslueting saya yang dari tadi sudah berisi penis yang sudah keras tidak kepalang tanggung, dan mengeluarkannya dari celana dalam saya.

Dari belakang saya menghampiri Mona perlahan. Pada saat ini dia masih belum tahu dan masih tetap memilih-milih makanan, sampai terasa ada tangan yang memegang kedua payudaranya dari belakang dan merasakan ada benda panjang, besar dan hangat menyentuh-nyentuh di sela-sela paha dan belahan pantatnya.

Mona terkejut. Saya tetap meremas dan memainkan kedua payudara Mona dengan kedua tangan saya dan mulai perlahan-lahan menyelipkan penis saya ke dalam vaginanya. Vagina Mona selalu basah dari pertama karena dia dapat menjaga situasi dirinya sehingga tetap basah walaupun pada saat-saat dia tidak nafsu untuk bermain sex. Penis saya masuk ke dalam Vagina Mona dari belakang. Mona melenguh tanpa dapat berbuat apa-apa karena semuanya berlangsung begitu cepat. Tangannya bertumpu ke atas meja makan.

Mungkin dia bertanya-tanya juga dalam hati, ini anak SD tapi nafsunya sudah seperti orang dewasa. Saya mulai membuat gerakan maju mundur sambil tangan saya masih meremas-remas payudaranya. Mona terdorong-dorong ke meja makan di depannya, payudaranya bergoyang-goyang seirama dengan dorongan penis saya ke dalam vaginanya. Kaki Mona dalam posisi berdiri mengangkang membelakangi saya.

Akhirnya saya klimaks. Sperma demi sperma menyemprot dengan kuatnya ke dalam vagina Mona, sebagian meleleh keluar dari dalam vagina ke bagian paha dalam Mona yang masih berdiri mengangkang membelakangi saya. Setelah semprotan terakhir di dalam vagina Mona, kami masih berdiri lemas tanpa merubah posisi. Kepala saya lunglai ke depan, kepala Mona juga, napas kami terengah-engah, dan keringat banjir membasahi tubuh kami.

Akhirnya saya menarik penis saya keluar dari vagina Mona, dan kembali memasukkannya ke dalam celana dalam dan menarik kembali retslueting ke atas. Mona masih terengah-engah dalam posisi yang belum berubah bertumpu dengan kedua tangan ke atas meja makan. Vagina dan belahan pantatnya masih terpajang bebas bergerak seirama dengan desah napasnya.

Saya kembali duduk di depan TV, dan Mona kembali ke sofa panjang tempat tadi dia berbaring, tapi sekarang dia tidak telungkup, melainkan duduk tanpa membetulkan letak dan posisi bajunya atau membersihkan bekas-bekas sperma dan keringat yang ada di sekujur tubuhnya.

Mona duduk bersandar rileks dan vaginanya terlihat terpajang dengan jelas karena posisi duduknya yang terbuka lumayan lebar. Matanya setengah terpejam tergolek di atas sandaran sofa. Tangannya lunglai di samping badannya. Napasnya masih terengah-engah. Dia melirik sedikit ke arah saya dan tersenyum. Saya pun tersenyum nakal padanya bagaikan normalnya anak umur 13 tahun. Dan dia berdiri berjalan masuk menuju ke kamar tidurnya.

Mona ini kalau lagi merasa sendirian di rumah memang betul-betul cuek. Pada saat lain dimana saya sedang main ke rumah Alex tapi Alexnya belum pulang sekolah, Mona kerap kali memakai baju semaunya dan sangat minim tanpa repot-repot pakai pakaian dalam. Kadang-kadang hanya memakai T-shirt sebatas pantat yang kebesaran dan longgar tanpa pakai apa-apa lagi, dan sudah kebiasaan Mona kalau duduk posisinya tidak rapi, sehingga pinggul dan selangkangannya seringkali merenggang dan menampakkan vaginanya yang segar dan basah.

Kadang-kadang dia hanya memakai gaun tidur putih ‘backless’ tipisnya yang mini dengan belahan dada rendah sebatas puting, sehingga puting susunya seringkali nampak mengintip keluar. Atau mondar-mandir hanya memakai kimono handuk hijau mudanya sebatas paha. Dan kalau pakai kimono begitu dibiarkannya tali pinggangnya tidak diikat hingga bagian depannya tubuhnya terbuka. Jalan ke dapur atau duduk nonton TV di sofa tanpa membenarkan letak kimononya, atau makan siang setengah telanjang. Dan Mona sudah biasa begitu jika merasa tidak ada orang di rumah. Vaginanya selalu bebas tanpa penutup.

Ada kalanya dimana dia baru pulang sekolah dan masih berbaju SMA putih abu-abu. Semasuknya di rumah yang pertama dilepas adalah celana dalam dan BH-nya dulu. Dan itu dilakukannya dengan ekspresi seperti dia sedang melepas sepatu dan kaos kakinya, yaitu di ruang tamu, dan di depan mata saya.

Pernah celana dalam dan BH-nya dilempar ke arah wajah saya sambil dia tertawa bercanda, atau biasanya dilemparkan saja semaunya di lantai. Terus biasanya dia kemudian makan siang sambil nonton TV dengan baju OSIS SMA-nya ditambah payudaranya yang montok padat berisi dan terkocok-kocok jika Mona bergerak dengan puting susunya yang tercetak jelas. Biasanya penis saya perlahan-lahan mengeras.

Kalau lagi tidak tahan, tanpa basa basi saya buka retslueting celana, keluarkan penis, angkat rok SMA-nya sampai ke pinggang, tidak perduli dia sedang melakukan apa dan memasukkan penis saya tanpa minta ijin dia dulu. Biasanya sih dia kaget, tapi tidak berkata apa-apa sambil mulai menikmati gerakan penis saya mengaduk-ngaduk vaginanya.

Setelah sperma saya tumpah di dalam, dia pun kembali meneruskan apapun aktivitasnya yang sempat terhenti oleh sodokan penis saya. Malah seringkali sepertinya aktivitas Mona tidak terganggu dengan adanya gesekan penis tegang dalam vaginanya. Karena pernah suatu waktu dia masak di dapur dengan telanjang bulat karena mungkin pikirnya tidak ada orang di rumah.

Selagi dia masih menghadap ke arah kompor, pelan-pelan dari belakang saya menghampiri dengan penis teracung. Perlahan-lahan saya selipkan penis berat saya yang sudah keras di antara celah selangkangannya dari belakang.
Dia kaget dan menengok sebentar, dengan suaranya yang khas dan nada cuek biasanya dia hanya bilang, “Eh kamu..!”
Kemudian secara refleks dia melebarkan posisi antara kedua kakinya, sedikit menunggingkan pantatnya dan membiarkan saya bermain dengan payudaranya dan melanjutkan memasukkan penis saya dari belakang dan menyantapnya sampai selesai.

Memang karena badan saya yang masih setinggi bahunya, setiap kali saya harus naik ke kursi agar dapat memasukkan penis saya ke dalam vagina Mona. Dan itu saya lakukan ‘anytime-anywhere’ di rumahnya selama hanya ada Mona sendiri di rumah.

Sepertinya Mona begitu merangsang karena pakaiannya dan cara dia menempatkan posisi tubuhnya yang seakan-akan selalu menyediakan vaginanya yang segar, bersih, sehat, basah dan berlendir itu 24 jam buat limpahan sperma dari penis saya yang bersih, besar, berat dan panjang (walaupun waktu itu saya masih di bawah umur) ini di dalamnya. Mungkin ini yang membedakan dia dengan remaja-remaja perempuan lainnya.